Selasa, 28 Desember 2010

Emisi Obligasi Diprediksi Rp40 T

JAKARTA(SINDO)– Emisi obligasi pada tahun 2011 diprediksi tembus mencapai angka Rp40 triliun.Hal itu disebabkan kondisi ekonomi dalam negeri yang terus membaik,membuat kebutuhan pendanaan untuk ekspansi perusahaan terus meningkat.


”Kebutuhan raising fund tahun depan masih sangat besar, dan penerbitan obligasi juga diuntungkan dengan suku bunga yang masih rendah,” ujar Direktur Utama Fitch Rating Indonesia, Baraditta Katopo,di Jakarta,kemarin. Dia menambahkan, tahun ini nilai emisi obligasi menembus rekor baru, dengan perolehan mencapai Rp35 triliun.Tahun depan, rekor baru akan kembali tercipta seiring dengan peningkatan penerbitan surat utang tersebut. Baradita menilai,ekspansi perusahaan tahun depan akan meningkat seiring dengan peluang dari semakin baiknya perekonomian global.

Di sisi lain, suku bunga Bank Indonesia yang masih belum beranjak jauh dari level 6,5% memberi keuntungan bagi penerbit obligasi.Menurut dia,dengan suku bunga acuan yang rendah, kupon yang ditawarkan pun masih rendah. Selain itu, surat utang ini memiliki tenor yang lebih panjang dibandingkan opsi pendanaan pihak ketiga lainnya, seperti pinjaman bank.”Perusahaan juga banyak yang akan melakukan refinancing utang tahun depan,” katanya. Dia melanjutkan, penerbitan obligasi akan banyak dilakukan pada kuartal I dan II 2011. Perhitungan tersebut, didasari perkiraan bertahannya suku bunga BI pada level 6,5% pada semester I/2011. Artinya emiten masih bisa menawarkan kupon pada kisaran 9–12% kepada investor.

Sejauh ini, dari rencana yang sudah ada tercatat nilai emisi yang bakal terkumpul pada Kuartal I/2011 mencapai Rp4-5 triliun. Nilai tersebut berdasarkan pemeringkatan yang dilakukan Fitch terhadap perusahaan-perusahaan yang akan menerbitkan obligasi tahun depan. Dimana kebanyakan penerbitan tersebut berasal dari perusahaan di sektor keuangan. ”Kebanyakan dari bank dan sejauh ini nilainya di upsized (dinaikan) semua,”paparnya. Pertumbuhan nilai emisi obligasi, lanjut Baradita tidak lepas dari kondisi perekonomian yang baik serta stabil. Tahun ini, nilai emisi obligasi sudah mencapai Rp35,897 triliun hingga pekan ketiga Desember 2010.Jumlah tersebut melampaui pencapaian tahun lalu sebesar Rp31 triliun.

Pertumbuhan ekonomi nasional memberikan banyak peluang untuk ekspansi, sehingga kebutuhan permodalan pun meningkat. Dengan demikian, kata Baradita, pasar obligasi nasional masih akan terus berkembang seiring dengan laju pertumbuhan ekonomi. Apalagi di Indonesia nilai outstanding pasar obligasi masih jauh dibanding pasar saham. Peluang untuk berkembang masih terbuka seperti di negara-negara yang industri pasar modalnya lebih maju, dimana nilai pasar obligasi lebih tinggi dibanding pasar saham. Total nilai outstanding pasar obligasi saat ini tercatat mencapai Rp753,42 triliun. Terdiri dari Rp642,23 triliun obligasi pemerintah yang bisa diperdagangkan dan Rp111,19 triliun obligasi korporasi.

Sementara nilai kapitalisasi bursa saat ini mencapai Rp3.100 triliun. Berdasarkan data Badan Pengawas Pasar Modal-Lembaga Keuangan (Bapepam-LK) penerbitan obligasi hingga pekan ketiga Desember 2010 mencapai Rp35,897 triliun, mengalami peningkatan 31,9% dibanding pencapaian tahun lalu sebesar Rp27,215 triliun. Dari jumlah tersebut, penerbitan surat utang obligasi terbesar dilakukan PT Telekomunikasi Indonesia Tbk (TLKM) dan PT Lembaga Pembiayaan Ekspor (LPEI), dengan nilai masingmasing Rp3 triliun. Setelah itu,PT Bank Danamon Tbk (BDMN) menyusul dengan penerbitan sejumlah total Rp2,8 triliun dan dilanjutkan PT Perusahaan Listrik Negara (Persero) senilai Rp2,5 triliun.

Sementara total emiten yang menerbitkan obligasi tahun ini mencapai 25 perusahaan. Untuk jumlah,masih dibawah tahun lalu, yang mencapai 27 perusahaan.Namun kala itu, nilai emisi yang diterbitkan masih dibawah tahun ini. Kondusifnya pasar modal tahun ini, yang didukung kencangnya aliran dana asing menjadi penyebab peningkatan nilai emisi obligasi tersebut. Menurut Direktur Utama Indonesian Bond Pricing Agency (IBPA) Ignatius Girendroheru,aliran dana asing juga masuk ke instrument investasi tersebut. Bukan hanya obligasi yang diterbitkan pemerintah, tetapi juga korporasi. ”Aliran dana itu mencari instrumen yang memberi keuntungan tinggi,”katanya kemarin.

Likuiditas yang tinggi, menurutnya akan mencari setiap peluang investasi yang memiliki keuntungan baik. Itu yang diberikan oleh obligasi korporasi, dimana imbal hasil (yield) yang ditawarkan lebih baik dari deposito atau investasi perbankan lainnya. Meskipun untuk instrumen investasi ini dinilai kurang likuid. ”Jika harus memilih, tentunya mereka (investor) akan menempatkan dananya di keranjang investasi yang memberikan keuntungan lebih besar,” katanya. Selain itu, lanjut dia, naiknya peringkat utang Indonesia menuju ke level layak investasi (investment grade) juga mendorong investor untuk membeli obligasi.

”Peningkatan peringkat itu secara otomatis juga membawa pengaruh yang signifikan kepada lonjakan ratarata volume dan frekuensi harian transaksi obligasi korporasi,” kata Ignatius. Dari sisi emiten, penerbitan obligasi memang lebih didominasi sektor keuangan dan pembiayaan. Pasalnya, sektor tersebut memang memerlukan permodalan besar. Itu terlihat dari data obligasi Bapepam- LK, yang mencatat dominasi penerbitan obligasi di pasar modal Indonesia hingga pekan ketiga Desember 2010. Nilai emisi sektor keuangan mencapai Rp325,33 triliun atau naik 46,21% dari total emisi perdagangan yang mencapai Rp703,94 triliun. Sektor keuangan mencatat nilai emisi Rp325,33 triliun yang terdiri dari Rp214,4 triliun atau 65,9% dari penawaran saham dan sisanya Rp110,93 triliun dari penawaran surat utang obligasi.

Dibandingkan tahun lalu, nilai emisi sektor keuangan telah mengalami kenaikan 14,61% dibandingkan tahun 2009 yang hanya sebesar Rp277,77 triliun.

sumber:(juni triyanto)

Rabu, 22 Desember 2010

Erupsi Bromo Disertai Hujan Kembang Api

Probolinggo
HARIAN BANGSA
Erupsi Gunung Bromo masih belum berhenti. Gunung berketinggian 2.392 meter di atas laut ini terus mengeluarkan material vulkanik. Bahkan, sampai Selasa (21/12) dini hari, terlihat beberapa kali semburan seperti hujan kembang api. Sebab, abu campur kerikil dan bebatuan yang disemburkan terlihat mengandung api yang membara.

Semburan bebatuan yang membara itu hanya menghujani kawasan kaldera. "Kejadiannya memang tidak terus-terusan, Mas. Saya melihat tiga kali semalaman. Semburan seperti hujan kembang api itu terjadi sekitar pukul 20.15 WIB, lalu pukul 22.27 WIB dan sekitar pukul 04.12 WIB," tutur Agus, wisatawan asal Malang yang sempat melihat hujan kembang api itu dari kawasan Cemorolawang, Ngadisari, Sukapura, Probolinggo, Selasa (21/12).